Memutuskan untuk kembali menulis,
ya sudah terlau penuh dalam otakku cerita yg ingin kubagi, kutulis dan ku tuang
menjadi suatu,eh salah menjadi sesuatu.
Jangan tanya sesuatu itu apa, yang pasti sesuatu itu bukan Syahrini, cukuplah
itu dalam otakku saja.
Tamat sudah ku baca novel ini, “Rembulan
Tenggelam Di Wajahmu” karangan Tere-Liye. Yang pada awalnya setengah hati ku
lirik nama ini di jajaran buku bacaanku setahun yang lalu. Sekarang buku itu
ada dalam genggamanku hasil provokasi seorang teman yang menceritakan tentang
novel-novel Tere-Liye. Baiklah sebagai pembuka perkenalanku dengan buah pikir Tere-Liye aku memutuskan membeli
novel “Rembulan Tenggelam di Wajahmu” dan “Negeri Para Bedebah”.
Ya… Novel yang menarik dari sudut
pandang yang berbeda. Berdeda, bagaimana Tere-Liye membuat kita bisa berpikir
dan memaknai bahwa suka, duka, air mata, kecewa, penghianatan, kejahatan,
kejatuhan, kondisi yang membuat kita tidak nyaman atau apalah itu merupakan jalan
cerita kehidupan kita yang tidak akan pernah habis untuk dijawab mengapa, jalan
cerita bahwa tak semua pertanyaan harus punya jawab, bahwa semua bentuk-bentuk
yang menyakitkan hati itu pada akhirnya merupakan jalan kita untuk menemukan
kebahagiaan, jawaban yang mungkin saja kita dapat tahu dengan sangat-sangat
terlambat. Bahwa jangan pernah pesimis dari takdir hidup.
Ya… semua pertanyaanku terjawab
semakin jelas. Tahukah bahwa kehidupan kita ini ibarat benang yang saling
berpilin, berkaitan satu sama lain, tak terduga. Nyatalah memang bahwa, tak ada
yang perlu di sesali dari takdir hidup yang membuat kita tersungkur berdarah-darah.
Mencari kambing hitam dari keterpurukan dan kesedihan apalagi harus mengutuk
atau menyalahkan Tuhan. “Oh Tuhan, adilkah semua ini untuk-ku? Mengapa ini Kau
timpakan untuk ku? ” dan daftar pertanyaan
panjang lainnya untuk Tuhan.
Sudahlah, masihkah kau percaya
bahwa tidak ada sesuatu yang terjadi dengan sia-sia? Bahwa sesuatu pasti ada
hikmahnya. Kalimat itu Beraaaaaaat untuk dijawab bagiku yang pernah merasakan
bagaimana itu kecewa dan kehilangan, ini menyakitkan! Tahukah, sekarang aku
hanya bisa percaya bahwa tak ada yang sia-sia dalam perjalanan hidup ini semua perih,
kekecewaan, penghianatan, kehilangan, ketidakpedulian dan air mata.
Yeah klise
memang, tapi itulah nyatanya setiap inchi dalam kehidupan telah diatur begitu
sempurna bahkan sebelum kita lahir. Kekecewaan kita terhadap takdir merupakan
ketidakdewasaan kita dalam mengambil hikmah. jadi? Yaaaa, cukuplah kita YAKIN
bahwa semua yang terjadi mesti ada hikmahnya, bahkan yang tidak bisa pernah
kita temukan jawabannya sekalipun.
Bila ada air mata yang mengalir,
tak mengapa bila butirannya kelak menjadi sesuatu yang membuat hati ini lebih
legowo dan lebih lembut dalam menilai, tak mengapa bila beradu pada luka
menjadi perih namun dapat terobati. Toh tak akan ada tawa bila tak ada tangis,
tak ada bahagia kalau tak pernah merasa sedih.
“Jadi adakah kehidupan ini adil?”
tanyanya.
“Percaya dan yakin, Ya! Karena tidak
semua pertanyaan harus memiliki alasan. Yang ku tau ilmu dan pengetahuanku
terbatas. Mutlak yang ku tau karena Robb-ku takkan pernah dzalim padaku.” (sending
message).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar