Cahaya itu diatas cahaya…

Menerangi jalan menuju cinta-Nya



Sabtu, 17 November 2012

Kontemplasi, "Rembulan Tenggelam di Wajahmu"


Memutuskan untuk kembali menulis, ya sudah terlau penuh dalam otakku cerita yg ingin kubagi, kutulis dan ku tuang menjadi suatu,eh salah menjadi sesuatu. Jangan tanya sesuatu itu apa, yang pasti sesuatu itu bukan Syahrini, cukuplah itu dalam otakku saja.

Tamat sudah ku baca novel ini, “Rembulan Tenggelam Di Wajahmu” karangan Tere-Liye. Yang pada awalnya setengah hati ku lirik nama ini di jajaran buku bacaanku setahun yang lalu. Sekarang buku itu ada dalam genggamanku hasil provokasi seorang teman yang menceritakan tentang novel-novel Tere-Liye. Baiklah sebagai pembuka perkenalanku dengan  buah pikir Tere-Liye aku memutuskan membeli novel “Rembulan Tenggelam di Wajahmu” dan “Negeri Para Bedebah”.

Ya… Novel yang menarik dari sudut pandang yang berbeda. Berdeda, bagaimana Tere-Liye membuat kita bisa berpikir dan memaknai bahwa suka, duka, air mata, kecewa, penghianatan, kejahatan, kejatuhan, kondisi yang membuat kita tidak nyaman atau apalah itu merupakan jalan cerita kehidupan kita yang tidak akan pernah habis untuk dijawab mengapa, jalan cerita bahwa tak semua pertanyaan harus punya jawab, bahwa semua bentuk-bentuk yang menyakitkan hati itu pada akhirnya merupakan jalan kita untuk menemukan kebahagiaan, jawaban yang mungkin saja kita dapat tahu dengan sangat-sangat terlambat. Bahwa jangan pernah pesimis dari takdir hidup.

Ya… semua pertanyaanku terjawab semakin jelas. Tahukah bahwa kehidupan kita ini ibarat benang yang saling berpilin, berkaitan satu sama lain, tak terduga. Nyatalah memang bahwa, tak ada yang perlu di sesali dari takdir hidup yang membuat kita tersungkur berdarah-darah. Mencari kambing hitam dari keterpurukan dan kesedihan apalagi harus mengutuk atau menyalahkan Tuhan. “Oh Tuhan, adilkah semua ini untuk-ku? Mengapa ini Kau timpakan untuk ku? ”  dan daftar pertanyaan panjang lainnya untuk Tuhan.

Sudahlah, masihkah kau percaya bahwa tidak ada sesuatu yang terjadi dengan sia-sia? Bahwa sesuatu pasti ada hikmahnya. Kalimat itu Beraaaaaaat untuk dijawab bagiku yang pernah merasakan bagaimana itu kecewa dan kehilangan, ini menyakitkan! Tahukah, sekarang aku hanya bisa percaya bahwa tak ada yang sia-sia dalam perjalanan hidup ini semua perih, kekecewaan, penghianatan, kehilangan, ketidakpedulian dan air mata. 

Yeah klise memang, tapi itulah nyatanya setiap inchi dalam kehidupan telah diatur begitu sempurna bahkan sebelum kita lahir. Kekecewaan kita terhadap takdir merupakan ketidakdewasaan kita dalam mengambil hikmah. jadi? Yaaaa, cukuplah kita YAKIN bahwa semua yang terjadi mesti ada hikmahnya, bahkan yang tidak bisa pernah kita temukan jawabannya sekalipun.

Bila ada air mata yang mengalir, tak mengapa bila butirannya kelak menjadi sesuatu yang membuat hati ini lebih legowo dan lebih lembut dalam menilai, tak mengapa bila beradu pada luka menjadi perih namun dapat terobati. Toh tak akan ada tawa bila tak ada tangis, tak ada bahagia kalau tak pernah merasa sedih.

“Jadi adakah kehidupan ini adil?” tanyanya.

“Percaya dan yakin, Ya! Karena tidak semua pertanyaan harus memiliki alasan. Yang ku tau ilmu dan pengetahuanku terbatas. Mutlak yang ku tau karena Robb-ku takkan pernah dzalim padaku.” (sending message).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar