Cahaya itu diatas cahaya…

Menerangi jalan menuju cinta-Nya



Sabtu, 21 Januari 2012

Namaku Adalah Saif

Yaaa.. ini salah satu tulisan favorit saya. Kesannya daleeeem banget ditulis oleh seorang ibu (Iqtina Khansa istri dari bang Thufail Al- Ghifari) dari sudut pandang anaknya yang bernama Saif. Saya ambil dari Link ini. Ketika saya baca tulisan ini : luar biasa, campur aduk antara lucu, seneng, takjub, kagum dan harapan. Tidak ada yang tidak mungkin jika Allah berkehendak dan hanya kepada Allah-lah kita meminta, Jadi anak ya sholeh ya Saif :)

========================================================

Namaku Adalah Saif

Bismillah...Aku ada karena Allah berkehendak melahirkanku dari rahim seorang ibu yang sangat tulus berdoa untuk menjawab vonis dokter, yang menyatakan bahwa ayahku tidak bisa memberikan keturunan alias mandul.

Ia seorang wanita yang yakin bahwa semuanya adalah mungkin jika Allah menghendaki, kun fayakun, sedangkan ayahku setiap hari berbekal dengan kalimat laa khaula walaa quwwata illa billah. Dari doa dan keyakinan mereka Allah memercikkan kebahagiaan. Ditengah-tengah kesedihan ayahku, umi hamil.

“ badanku sakit semua “ keluh umiku sepulang dari tempatnya bekerja. Maklum jaraknya lumayan jauh dari condet umi harus pulang pergi ke cempaka putih setiap hari, jatah liburnyapun hanya sebulan sekali. ia memanfaatkan waktu untuk rebahan sambil menunggu ayah yang sedang keluar membeli lauk.

“ assalamualaikum…mas sudah datang, ayo makan sayang…” dengan muka cerianya ayah menyiapkan makan malam untuk mereka berdua.

“ waalaikumussalam…”

Ternyata melihat telur yang ayah beli selera makan umi menjadi hilang, ia malah mual mencium baunya, tapi ayah tidak bersedih ia langsung keluar menuju rumah temannya untuk meminta air panas, karena waktu itu kami belum punya kompor.

19 hari sudah umi telat datang bulan, tapi ayah belum begitu yakin dengan kehamilannya, sampai 2 bulanpun ayah tidak bisa percaya. Padahal sudah terbukti hasil tespek menunjukkan tanda positif. Baru setelah seorang bidan bilang bahwa ada janin di perut umi yang sudah berusia 3 bulan, ayah langsung membelai perut umi, sangat lirih ia berucap “ saif…”itulah asal mula namaku, saif yang berarti pedang.

Kini usiaku sudah 1,5 tahun, aku sudah makin pintar membantu umi memasak, memotong sayuran, dan mengelap air yang aku tumpahin ke lantai, aku sangat bangga walau kata umi sayurannya menjadi rusak karena ulahku, setiap hari aku selalu membaca alquran, buku-buku koleksi ayah, menulis di kertas dan kadang-kadang kalau ada kesempatan aku mengetik di computer kantor ayah, walau sebenarnya aku tidak tahu apa yang aku baca dan aku tulis, tapi umi membiasakannya setiap hari.

Kata umi tulis apapun yang ingin kau tulis, buka lembaran buku-buku yang ada asal jangan di sobek, tapi kalau aku buka lembaran alquran umi sangat ketat mengawasiku. Umi selalu mengajariku untuk melafazkan huruf –huruf hijaiyah, umi juga tidak pernah bosan mengenalkanku tentang rukun islam, rukun iman, sifat Allah dan lain sebagainya lewat nyanyian sehingga aku senang mendengarnya, walau kata ayah suara umi jelek tapi bagiku suara umI begitu menenangkanku. Itulah sekilas tentang umiku yang menjadi guru pertama dalam kehidupanku.

Sekarang aku akan bercerita tentang ayah.

Ayah adalah pahlawanku, ia begitu gagah duduk di atas motor cb hitamnya yang sangat keren, melaju dengan pelan meninggalkanku yang menangis digendongan umi karena tak ingin ia pergi. Padahal aku tahu ayah pergi bukan untuk main atau sekedar jalan- jalan, tapi ia pergi untuk menyelesaikan tugas dakwahnya yang sangat berat diluar sana.

Setiap pagi ayah juga pergi untuk bekerja mencari maisyah untuk kami, malamnya biasanya ayah menghabiskan waktu untuk keluar, dimana ada kajian ia datangi, sampai orang bingung harokah apa sih sebenarnya yang telah mengikatnya? Itulah ayahku yang membuang jauh-jauh sifat ashobiyah yang mengerucutkan persatuan umat.

Disela-sela waktu santainya, ia selalu bercerita kepadaku tentang kerasnya hidup, tentang kesabaran Rosululloh, ketegaran para sahabat, tentang jihad, tentang apa saja yang sedang ia kerjakan , ia juga selalu memberi pengarahan kepadaku terkait keaktifanku di rumah yang sering membuat umi kesal, ia begitu pandai membahasakannya kepadaku sehingga akupun dengan mudah dapat mengerti apa yang ia bicarakan, apa yang ia inginkan dariku.

Kalau sudah kompak seperti ini baru deh umi tersenyum ceria dan memberikan hadiah ciuman untuk kami, itulah waktu-waktu yang sering aku rindukan.

Ayah adalah orang yang paling sabar, ia tak pernah marah ketika aku mengganggu tidurnya, menggelitiki pusernya, dan menciumi wajahnya yang terlihat lelah. Tak puas dengan semua itu akupun sering kali menaiki perutnya yang cukup buncit sampai ia kesakitan dan terbangun. Ia tak pernah marah malah tertawa geli dan balik menciumiku sampai aku teriak-teriak brontak karena geli terkena jenggotnya.

Ayahku…sedikit sekali waktu istirahatmu, sebenarnya aku tak ingin mengganggumu tapi rasa sayang dan rindukulah yang menginginkan untuk bisa bermain dan bercanda denganmu. Dan sepertinya umi juga mempunyai perasaan yang sama denganku. Ayah maafkan aku.

Saif sayang umi dan ayah, semoga kebersamaan kita akan terjaga sampai di surga kelak, aamiin.

Oleh : Ummu Saif                                           



Resensi Positive Parenting

Bismillah...
Hmmm, saya lagi tertarik dengan buku Islamic Parenting nih.. kalau ada rekomendasi buku Islamic Parenting yang layak untuk di rekomendasikan sila share ke saya ya sohib :)

Buku yang saya baca beberapa diantaranya karangan ust. Mohammad Fauzil Adhim "Positive Parenting" dan " Saat Berharga Untuk Anak Kita".

"Maka, anak-anak yang terlahir itu harus kita antarkan menuju masa depan untuk memberi bobot kepada bumi dengan kalimat La Ilaha Ilallah. kalau memang harus sakit, biarlah hari ini kita sakit. Asalkan mereka dapat kita antar ke gerbang masa depan sebagai hamba Allah yang banyak bersujud kepada-Nya. Apapun yang ada di tangannya, kepada Allah ia abdikan. Kalau ia menggenggam dunia beserta segala isinya, di hatinya ada Allah. Ia menjadikan shalatnya, ibadah dan perbuatannya, hidup dan matinya untuk Allah, Tuhan seru sekalian alam." (Positive Parenting. Hal: 12).

Subahanallah, ternyata banyak yang harus saya persiapkan kelak menjadi seorang ibu. Ibu yang cerdas untuk anak-anaknya dan suri tauladan yang baik di rumah. ketika anak bertanya, ia menemukan tempat bertanya yang paling tepat yaitu kedua orang tuanya, ketika ia ada masalah orang tuanyalah yang tepat di jadikan teman untuk berbagi, ketika ia galau akan jati dirinya maka kedua orang tuanya bisa menjadi contoh yang layak untuk dijadikan tauladan.

Masih ingat dengan hadist berikut " jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali 3 perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang di manfaatkan atau do'a anak yang sholeh." (HR. Muslim No. 1631).

kematian adalah suatu kepastian yang akan menghampiri setiap orang. kelak akan terjadi pada tiap diri dengan cara yang bebeda dan tak akan pernah tahu kapan datangnya. harta, tahta, gelar yang berderet panjang, rumah yang tersebar dimana-mana, kecantikan, ketampanan, kemapaman, prestasi yang segudang, pengakuan akan eksistensi dan sebagainya membuat kita melambung tinggi. Mungkin saja terlena bahkan sampai lupa diri bahwa ada hal yang penting yang harus kita persiapkan kelak yang akan menjadi teman setia kita di alam kubur salah satunya bekal do'a anak sholeh.  

Berkeluarga hakikatnya tak hanya menikah, melahirkan, membesarkan anak, tercukupi sandang, pangan , papannya akan tetapi harus ada bekal yang di berikan kepada setiap anak agar kuat jiwanya, lembut hatinya, keras kemauannya, tangguh mentalnya, dan bersemangat hidupnya. Harus kita asah pikirannya, kita sentuh perasaanya, dan kita kuatkan jiwanya. Yaaaa... pembelajaran tanpa akhir bagi kedua orang tua, tak ada salahnya bagi yang belum menikah mencari ilmunya sejak dini. Mendidik anak ada caranya, ada metodenya ada ilmunya ini yang membedakan manusia dengan makhluk yang lainnya.

Nah, buku ust. Fauzil Adhim ini saya rekomendasikan untuk yang ingin baca buku tentang parenting. Ditulis dengan gaya bahasa yang ringan, mengalir serta jujur apa adanya. Ditulis dengan tinta sayang dan cinta seorang ayah yang ingin anak-anaknya kelak mampu memberi warna bagi zamannya dan bukan di warnai. Disertai beberapa pengalaman penulis dalam membesarkan kelima anaknya dan pengalamannya ketika mengikuti seminar diberbagai tempat. sederhana, mudah untuk di pahami dan layak untuk di praktikan. 

Dalam pikiran saya, seorang anak yang dilahirkan adalah kertas putih yang bersih dan orang tuanyalah yang akan mewarnainya dengan tinta kehidupan yang baik/buruk. Mau jadi apa kelak anak kita? idealnya terus memaksimalkan ikhtiar agar kitapun menjadi insan yang sholeh terlebih dahulu yang kelak melahirkan anak-anak yang berkualitas, tangguh yang meletakkan Allah dihatinya dan dunia dalam genggamannya. Insya Allah...aamiin.

Rabu, 18 Januari 2012

Memoar Seorang Puritan (Catatan Ex-Skinhead)







  Pemuda harus dikuasai dan menjadikan mereka sebagai budak-budak konspirasi dengan jalan penyebarluasan dekadensi moral dan paham yang menyesatkan (Protokol zionis poin ke 23)”

Bismillahirrahmanirrahim….

Assalamualaikum warrohmatullahi wabarakatuh….

Saudaraku….. setiap orang mempunyai kisah hidupnya masing masing. Pahit manis getirnya kehidupan yang membuat kita belajar dan memperbaiki diri di dalam hidup ini. Ini adalah sepenggal kisah seorang anak manusia. Sepenggal kisah seorang anak Adam yang pernah di tipu mentah mentah oleh Iblis Laknatullah. Sepenggal kisah seorang anak manusia yg menjadi korban sebuah konspirasi agenda besar para zionis. Sepenggal kisah seorang yg telah menjadi boneka kayu’nya Dajjal dan agen agennya. Sepenggal kisah pemuda yang tersesat namun kemudian menemukan kembali fitrahnya sebagai seorang Muslim. Inilah sepenggal kisahku….

Aku terlahir dari sebuah keluarga yg biasa biasa saja. Mempunyai seorang ibu yg biasa biasa saja pula. Mempunyai ayah dan kakak serta adik yg biasa biasa juga. Hidup juga dilingkungan yg biasa saja dan bersekolah di sekolah yg sangat sangat biasa pula. Masa remaja ku pun tergolong biasa biasa saja. Intinya semua hal  dalam hidupku ini biasa dan normal normal saja. Aku hanyalah seorang anak laki laki yg tumbuh normal dlm sebuah keluarga yg hangat, di besarkan oleh seorang ibu yg mengasihiku lebih dari dirinya sendiri dan seorang ayah yg mendidikku dgn penuh teladan agar aku bias menjadi orang yg baik.

Namun ada hal yg mungkin tidak biasa di dlm hidupku jika disbandingkan dgn anak anak seumurku saat itu. Aku tertarik dgn sebuah hal yg dikemudian hari lazim kusebut sbg “youth culture”. Dari sekian banyak youth culture aku memilih untuk menjadi seorang skinhead. Alasanku memilih skinhead saat itu simple sekali… skinhead itu gagah…. Itu saja. Aku ingat saat aku mendapatkan sumber pertama ttg skinhead ini, yaitu sebuah buku  berjudul “Spirit of 69 a skinhead bible” sebuah buku ttg sejarah perkembangan budaya skinhead dari era pertengahan 60’an hingga pertengahan 90’an yg ditulis oleh George marshall. Buku itu kubaca samapai tuntas, kutelaah dan ku ulang membacanya sampai berkali kali krn hal ini adalah hal yg sangat penting bagiku. Sedari awal aku sudah memahami bahwa ini adalah jalan hidupku dan aku tdk mau bermain main dengannya.

Perkenalanku dengan skinhead yg dimulai dari musik dan buku tersebut telah mengantarkan’ku bertemu dgn teman2 sejenisku, sebuah komunitas youth culture. Mulailah kegiatan nongkrong di jalanan kujalani. Sedikit demi sedikit namun pasti semua hal yg berkaitan dgn youth culture dan segala variannya kulalap habis. Kami bahas dan kami diskusikan bahkan sering kali kami perdebatkan mulai dari band favorit sampai pahlawan pahlawan youth culture kami. Perlahan namun pasti juga youth culture (skinhead) menjadi semacam pandangan hidup bagiku dan bagi seorang kawan dekatku yg bernama Jamal (kebetulan dia juga admin di group ini…. Alhamdulillah kami kini diperemukan kembali dlm persaudaraan sesama Muslim). Bagi kami saat itu skinhead adalah segala galanya. Skinhead adalah satu satunya solusi dlm menghadapi hidup ini. Sebuah jalan keluar kami dari segala kemuakan kami terhadap hidup yg datar datar saja. Sebuah pemberontakan yang sempurna yg datang langsung dari jalanan tempat dimana kami tumbuh dan dibesarkan.

Skinhead adalah pintu bagiku untuk mulai mempelajari isme isme yg berkaitan dan mendasarinya. Dan dengan basic skinhead sebagai budaya kelas pekerja-buruh-proletar maka Sosialisme komunisme adalah satu satunya ideologi yg betul betul menarik perhatianku saat itu. Segala macam informasi ttg hal tersebut kulahap habis dgn tuntas dan aku tdk pernah puas dalam mempelajarinya. Jamal adalah kawan berdiskusi, berdebat bahkan terkadang menjadi “musuh” segala sudut pandangku ttg skinhead dan marxisme saat itu. Jalanan adalah forum diskusi bagi kami. Jalanan adalah bentangan luas ladang tempat mempraktekkan segala hal yg kami pahami ttg skinhead. Jalanan adalah tempat kami mengenal hidup dan kehidupan nyata. Namun jalanan jugalah yg memperkenalkan kami pada hal hal negative seperti minuman keras dan terkadang perkelahian. Namun buat kami saaat itu itulah hidup ideal seorang pemberontak. We’re a rebels and we not afraid to fight this world with our hands….!!!!

Pelan namun pasti aku mulai menganggap skinhead sebagai agama’ku. Perlahan otak ini mulai menghitam oleh ide ide kuffurnya Marx, Nietsche dan Darwin. Bahkan dlm perkembangan selanjutnya seringkali aku dgn bangganya mengatakan: “ skinhead itu udah lebih daripada agama buat gue…..” . Jika dipikirkan memang seperti itulah aku saat itu…. aku lebih memilih untuk memakai boots 10 holes selama 20 menit ketimbang wudhu dan sholat yg hanya 10 menit saja misalnya. Aku semakin jauh meninggalkan Islam dan ajarannya. Aku bahkan mulai jijik dgn aktifitas aktifitas  Ibadah seperti sholat, aku mulai merasa bodoh jika aku masih ber’agama sementara aku adalah seorang yg progresif revolusioner. Lenin mengatakan AGAMA (ALLAH) ADALAH CANDU BAGI MASYARAKAT dan aku menelan itu sebagai dogma. Kelak saat berada dipuncak kekafiran’ku aku meragukan bahkan mengingkari adanya Allah yg sangat sangat tidak “material’ dan tidak “ilmiah” buatku. Penuhanan kepada sebuah hal yg bernama Allah atau apapun nama Tuhan adalah sebuah konsep yg menjijikkan buatku. Tuhan apapun namanya adalah sebuah hal yg di ada adakan saja di dlm otak orang orang yg kerjanya Cuma bisa berhalusinasi di dlm hidup ini. Tuhan hanyalah buat orang orang lemah bagiku sedangkan aku seorang skinhead warrior, seorang materialis dialektis, seorang progresif revolusioner dan seorang Leftist radikal yg berpengetahuan luas tentunya tidaklah pantas berTuhan. TUHAN ITU TIDAK ADA BAGIKU saat itu….!!!!

Semakin hari aku semakin lepas dari fitrahku. Hidupku seperti tidak ada kontrolnya, semua hal sah sah saja bagiku. Nilai nilai moralku berbeda dgn orang lain. Aku tdk segan segan membuat intrik dan berkonspirasi dlm mencapai tujuan tujuan hidupku. Selama itu baik dan bermanfaat demi mencapai dan mewujudkan idealismeku maka itu sah sah saja. Ganyang siapapun yg tidak sepaham dengan’mu…. Jadilah orang yg kuat karena hanya yg kuatlah yg bisa bertahan hidup di dunia ini dan jangan pernah punya belas kasihan kepada musuh musuhmu. Jika kau dimusuhi oleh seseorang atau sekelompok orang maka musuhilah dan bencilah mereka seribu kali lebih dahsyat dari kebencian dan permusuhannya kepadamu…!!! Inilah nilai moral yg kupegang teguh saat itu. Seperti itu jugalah yg kuterapkan di komunitas saat terjadi  perselisihan masalah Idealisme ttg skinhead yg pro media mainstream dan yg anti media mainstream. Aku tentu saja berdiri di garis depan perlawanan skinhead thd media mainstream. Skinhead ya hanya untuk skinhead saja buatku. Media mainstream sejatinya adalah tentakel kapitalisme global dan musuh alami dan abadi Leftist – Maxist – Leninist seperti diriku. Media mainstream hanyalah alat pemerah yg akan menjadikan kami badut badut jalanan bahan tontonan orang orang awam di TV.  Skinhead itu adalah budaya pemberontakan maka berlakulah layaknya seorang pemberontak. Skinhead adalah sebuah budaya perlawanan, budaya tandingan dan bukannya budaya “sandingan” yg berdampingan dengan budaya budaya pop dan mainstream.

Perbedaan ini menjadi sebuah konflik yg berlarut larut  dikomunitas. Ketegasan dan sikapku yg puritan membuat orang orang memusuhiku mulai dgn cara yg verbal sampai fisik. Dan disaat aku ditekan seperti ini aku bukannya takut, namun aku malah menjadi semakin berani. Aku gunakan kemampuanku yg cukup prima dlm berbicara untuk mempropagandakan, mengagitasikan, dan bahkan memaksakan fahamku kepada orang orang. Dan tiba tiba saja aku menjadi pusat perhatian komunitas. Buat sebagian orang aku adalah figure yg menakutkan dan harus di jauhi krn aku selalu berusaha mencuci otak mereka, sedangkan bagi sebagian lainnya aku adalah seorang yg di anggap tutor dan ditunggu tunggu “sabda”nya. Disinilah syeitan berdansa dansi dengan bebasnya dihatiku. Aku mulai menjadi orang yg over PD, sombong dan bahkan menganggap diriku sebagai Tuhan bagi diriku sendiri (untungnya tdk bagi orang lain….). Aku percaya betul dan bangga betul dgn pengetahuan dan kemampuanku dan membuang jauh jauh bisikan kalbuku bahwa itu hanyalah titipan dan cobaan Allah kepadaku. Dimasa inilah Allah mengirimkan teguran-Nya kepadaku berupa seorang wanita yg kucintai….. namun alih alih sadar aku malah menantang-Nya untuk mendatangkan cobaan bahkan azab yg lebih dahsyat kepadaku jika DIA memang ada. Mulai hari itu buatku tengah berlangsung pertempuran antara aku dan Allah (na’udzubillahi min zaliq….. lihatlah betapa jahil, dungu dan disesatkannya aku saat itu…. ).

Lalu aku kembali bertemu dgn Jamal setelah kami berpisah kurang lebih 5 tahunan. Jamal yg kulihat saat itu sudah berbeda 180 derajat dgn Jamal yg kukenal dulu. Jamal kini bergamis dan berjenggot dan dlm setiap kalimatnya dia tdk pernah lupa mengucapkan asma Allah, ya…. Cahaya hidayah Allah telah menyentuhnya.  Aku tahu betapa sedihnya Jamal saat melihat aku telah sedemikian jauhnya dari Allah dan mungkin sudah menjadi seorang yg kafir saat itu. Aku ingat dia selalu mendengarkan segala keluh kesahku dan segala permasalahanku, tdk ada yg berubah antara aku dan dia saat itu walau saat itu pandangan hidup kami bagaikan bumi dan langit. Namun ada satu hal yg paling aku ingat di masa ini… suatu hari Jamal mengirimiku sebuah sms berbunyi: “Assalamualaikum saudaraku…. Aku datang menawarkan sesuatu yg lebih berharga dari emas kepadamu yg  jika kau ambil maka kau akan selamat dunia dan akhirat… rangkullah dan kembalilah kepada Iman Islam…. Ingat ga… ada darah da’i yg mengalir deras di dalam darah lu….”. Demi Allah sebenarnya hatiku seperti ditampar saat itu, terbayang olehku wajah kakek’ku yg bersurban dan berbaju putih sedang menangis menatapku…., namun ego dan pengaruh syeitan lebih dominan saat itu dan sms itupun kuanggap sebagai angin lalu.

“Pertempuran” ku dengan Allah pun berlanjut…. Aku semakin larut dalam kekafiranku. Betapapun Jamal berusaha mengingatkan ku dan Allah berkali kali menegurku namun aku tetap saja sombong. Aku bagaikan seorang Abu jahal yg di anugerahi pengetahuan luas oleh Allah namun menolak bersujud kepadanya dgn sombong. Di masa inilah Jamal mengingatkan kepadaku lagi ttg betapa sebenarnya aku adalah korban sebuah konspirasi kelam di ranah youth culture (kami berdua sebenarnya sering membahas masalah NWO dan konspirasinya semenjak tahun 2003). Aku lagi lagi sebenarnya sadar bahwa aku adalah korban dan boneka kayu Dajjal yg di adu adu seenaknya dgn saudara saudara muslimku sendiri oleh si laknat bermata satu itu sampai sampai aku dgn entengnya memutuskan tali persaudaraan dgn bbrp teman baikku. Tapi kesombonganku yg sudah mencapai tingkat akut telah membutakan dan menulikanku. Tengkuk ini semakin kaku untuk bersujud kepadanya, lidah ini semakin kelu untuk menyebut dan mengakui kebesaran-Nya. Namun Allah tak henti hentinya memanggil manggil namaku…. Mengirim tanda tanda kepadaku. Salah satunya adalah entah kenapa aku selalu tak kuasa membendung tangisku saat aku mendengarkan orang membaca Al-qur’an padahal aku tidak mengerti satu patah katapun dari ayat tsb, sungguh sebuah hal yg aneh sekali. Hati yg keras bagai batu dan telah menghitam karena dosa dosa ini bagaikan di cabik cabik oleh lantunan firman firman Allah yg maha suci itu. Namun…. Sekali kali hal itupun tidak sanggup menghilangkan kakunya tengkukku untuk bersujud kepada-Nya.

Lalu…… tibalah saat itu, Allah menegurku dengan sangat keras. Ia memecutku karena aku tergolong kepada hamba yg pembangkang. Ia mengirimiku sebuah hal seperti selayaknya Allah mengirimkan seekor nyamuk kepada Namrudz untuk mempreteli kesombongannya. Dan nyamuk itu (lagi lagi) adalah seorang wanita muda, polos, dan nasrani pula. Melalui dialah Allah mempreteli dan menelanjangi kesombonganku dan melemparkanku ke lembah kehinaan di mata orang orang yg dulu menghormatiku dan mengagumi kepintaran serta sifatku yg puritan (maaf… soal bagaimana wanita ini menjadi sebab kehinaanku tdk bisa kuceritakan di sini krn aku terlalu jijik untuk menuliskannya…). Sang penentang kalah telak dari Tuhan yg dia ingkari keberadaannya. Sang pemberontak sombong telah dihinakan dan di cabut segala hal hal yg membuatnya bangga. No more skinhead pride to me that day… no more kamerad beside me that day…. I was down and out of line. Kepada siapa aku akan mengadu lagi??? Bisakah Marx, Lenin, Nietsche, Jimmy pursey, Darwin, Jhon joseph, Roi pearce Tan Malaka dan seluruh pahlawan pemberontak yg kupuja puja menolongku saat itu???? TIDAK….!!! Dan jika di dunia ini saja mereka  tdk kuasa menolongku apalagi saat Malaikat Munkar dan Nakir menanyakan kepadaku “Man robbukka…..” di alam kubur nanti… apalagi disaat aku terhina dan terlunta lunta karena digolongkan kepada orang orang kafir di yaumul hisab nanti…. Kemana mereka???? Mereka gak kemana mana karena merekapun akan membusuk bersama ku di neraka…!! Dan demi Allah tidak ada yg lebih kutakutkan daripada hal itu saat ini….

Menjadi gila atau bunuh diri… hanya itulah pilihanku saat itu. Dan Alhamdulillah… Allah menuntunku untuk bersujud kepada-Nya. Allah menyiram dan mencuci hati dan darahku yg menghitam krn dosa dosa dgn hidayah-Nya. Akupun berserah diri kepada Allah, aku menyerahkan diriku bulat bulat kepada-Nya. Aku bertaubat dan memohon ampunannya. Aku tahu taubat dan hijrahku tidak akan berakhir hingga aku dihampiri Izroil suatu saat nanti, aku hanya bisa berusaha untuk mendekatkan diri kepada-Nya sambil tak henti hentinya menyesali segala dosa dosa ku padanya. Aku yakin Allah maha pengampun dan maha penyayang selama aku juga bersungguh sunguh bertaubat kepada-Nya. Walau masih jatuh bangun dalam prakteknya namun aku insyaAllah tidak pernah berputus asa daan berusaha istiqomah.

Namun jika kawan kawan menganggap komunitas skinhead’lah yg telah merusakku maka sebenarnya itu tidaklah tepat. Aku lah yg merusak dan menzolimi diriku sendiri dengan tindakan tindakanku yg berlebihan. Namun tidak dapat dipungkiri juga kalau skinhead adalah salah satu asbab kufurnya diriku. tapi yg perlu kalian ketahui disini adalah komunitas tdk selalu membawa pengaruh buruk dalam episode hidupku ini. Justru di komunitas Punk – skinhead lah aku mempelajari nilai nilai yang luhur seperti militansi dan semangat kemandirian yg sebenarnya juga telah diajarkan oleh Rasulullah kita yang mulia. Singkatnya komunitas adalah tempatku digembleng dan di didik untuk kini berjuang di jalan allah (insyaAllah….). Terlalu banyak kenangan manis dan positif dari komunitas lama yg dapat kutulis disini selayaknya lebih banyak lagi hal hal negatif yang kudapat dari sana.

Itulah sepenggal kisahku yag kuharap dapat menjadi ibbrohh bagi kawan kawan semua. Lihatkah betapa konspirasi kelam Zionis telah menyesatkan diriku. Lihatlah betapa syeitan dgn mudahnya membelokkanku dari fitrahku sebagai seorang muslim hanya dengan sebuah kebanggan semu dan pandangan hidup palsu bernama skinhead. Lihatlah betapa isme isme kuffur yg bebas beredar dapat dengan mudahnya mencuci otakku hingga aku berbuat melampaui batas. Lihatlah betapa Dajjal dgn kejinya telah berhasil mengontrol hidupku, bahkan mungkin disaat inipun sebenarnya kontrolnya terhadapku pun belumlah sepenuhnya hilang. Aku beruntung krn Allah menyelamatkanku dgn hidayah-Nya sebelum Izroil datang menjemputku. Tapi bagaimana dengan ratusan bahkan ribuan anak muda lain yg saat ini masih berada di dalam cengkraman konspirasi mereka yg telah ku sebutkan bunyinya di awal tulisan ini???  Pertanyaan ini mondar mandir di kepalaku semenjak aku hijrah…. Hanya kepada Allah sajalah kita memohon petunjuk agar terhindar dari konspirasi dan fitnah Dajjal di akhir zaman ini… wallahualam bissawab…

Oleh : Liga nur muslimin chaniago mantan anggota SHAM (Skinhead Againts Mainstream Media), eks Vokalis Band Fishska, sekarang aktivis di Jamaah Tabligh

sumber: www.undergroundtauhid.com/





Cerita Addien


Bismillah..

Kesekian kali membaca tulisan ust. Herry nurdi yg berjudul "rindu pemuda yg shalih" selalu mengingatkan saya sama seorang teman zaman kuliah di jogja dulu.

Subhanallah, namanya Addien Fitrah Husnayain. Belum genap 1 tahun saya mengenalnya, Addien sudah dipanggil oleh Allah SWT. Semoga Allah Swt mempertemukan saya dan Addien dalam tempat yg indah dan penuh cahaya..InsyaAllah.

Almh. Addien, tdk banyak yg bisa saya bagi tapi hal2 yg sedikit it sangat melekat dlm memory kepala saya. Semua dosen dan siswa mengenalinya, masih ingat saya ketika rumah kediamanya tumpah ruah dengan mahasiswa kampus dan rekan-rekannya di organisasi luar kampus, banyak yang menyolatkannya, kerumunan orang mengantarkan dan mendoakan dirinya hingga ke liang lahat, kami sangat kehilangan sosoknya.

Dirinya santun ketika berbicara, lembut jika tersenyum dan tertawa, dewasa bersikap, bijak dalam menyampaikan argumen,.semua penuh pesona yang meneduhkan hati. Kesalihanya menyejukan dan menularkan, membawa kebaikan dan keshalihan bagi yang lain. Kata-katanya tak ada yang menyakitkan dan satu hal yg saya rasakan sendiri dan nyata, wajahnya Bercahaya.

Kesalihan itu dapat ditularkan dan membawa kebaikan.. Allahuakbar, dengar kabar bahwa almh.Addien meninggal di dalam kamarnya pagi hari disampingnya terdapat buku Riyadus salihin. Yaaa.. Sudah barang pasti dirimu sudah sangat merindu dengan taman surga itu, taman yg ditujukan utuk orang-orang yang shalih. Semoga Rahmat Allah swt menempatkanmu ditempat yang terindah.

Masih terngiang ketika almh. Mewakili mahasiswa baru untk mengisi kultum.. Addien berkata "pemuda muslim itu harus bersemangat dan jangan lemah." Ya, kata-kata yang baik serta bijak di kondisi sekarang ini.

Dan ketika ESQ di kampus, kami pernah menangis bersama,dirinya memeluk saya dan berkata "maaf kl saya punya salah, ana uhibuki fillah ukhti"

5 tahun telah berlalu, ketika ada biografi orang2 yg shalih saya selalu teringat Addien..wajahnya yang bercahaya masih saya ingat dan bagi saya keshalihanya membawa kebaikan hingga saat ini .

Keshalihan itu dapat menular, dan saya ingin sekali bertemu,berkenalan,bersahabat, berkumpul dengan orang2 shalih lainya.. Insya Allah, amin.

Minggu, 08 Januari 2012

cerita saya


Bismillah….

Masih teringat dalam ingatan saya ketika satu tahun yang lalu saya menonton sebuah acara yang mewancara seorang bidan bernama Eros Rosita.Bidan Eros Rosita merupakan bidan PTT (Pegawai Tidak Tetap ) alias bidan desa yang ditugaskan di pedalaman suku badui di Banten sana. Ketika itu saya masih bekerja di salah satu Rumah Sakit swasta di kota Cirebon.

Selama wawancara berlangsung, bidan Eros menunjukan wilayah kerjanya dan menceritakan suka duka menjadi bidan desa di warga Badui. Yang masih saya ingat adalah bidan Eros mengatakan jika ada warganya yang ingin melahirkan ia dijemput oleh keluarga pasien atau pamong daerah tersebut lalu jalan kaki dari rumah ke rumah warga tanpa kendaraan ditemani dengan penerangan obor. Dengan kondisi wilayah pedalaman yang jauh dari kota, tanpa listrik, jalanan terjal naik-turun,jauh dari kesan jalanan layak, kesan aspal mungkin saja belum ada dalam benak mereka. Jam berapapun baik siang ataupun malam bidan Eros siap jika ada pasien yang memanggilnya.

Terkadang bidan Eros merangkap dokter dan  tidak dibayar dengan uang melainkan dengan hasil panen ataupun hewan ternak warga. Pernah bidan Eros di beri jasa persalinan sebesar 25.000 rupiah. Mendengar angka 25.000 rupiah di jaman sekarang ini pikiran saya menerawang. 25.000 di zaman sekarang ini untuk mengganti biaya obat-obatan persalinan mungkin masih sangat kurang, bagaimana dengan biaya kebutuhan bidan Eros sehari-hari dan keluarga? Bagaimana biaya untuk sekolah anak-anaknya?

Apakah komentar bidan Eros menjawab pertanyaan diatas? Beliau hanya tersenyum dan bersyukur sama Alah swt karena masih bisa membantu. Bidan Eros berharap pasiennya sehat dan suku Badui mau peduli dengan kesehatannya sedikit-demisedikit. Perlu diketahui, bidan Eros bercerita di awal-awal kedatangannya dinas di suku Badui, bahwa dirinya sempat di beri kendaraan dinas dari dinas kesehatan namun warga Badui belum bisa menerima kendaraan hadir di tempat mereka, mereka belum menerima sabun,detergent, pasta gigi, belum menerima obat-obatan, masih percaya dukun di banding dokter atau bidan.

Usaha bidan Eros sebagai bidan desa tidak sia-sia karena setiap ada usaha Insya Allah akan ada hasil…Sekarang mereka mulai mandi pakai sabun, ibu hamil mulai mau memeriksakan kehamilannya dan datang ke posyandu, ibu hamil mau minum obat yang diberi, sedikit-sedikit warga mulai melahirkan di tenaga kesehatan bukan di dukun atau paraji.

Yaa.. potret kecil ini perlahan saya rasakan berimbas pada diri saya sendiri. Kita semua tahu bahwa pemerintah khususnya dinas kesehatan sedang menggembar-gemborkan salah satu program unggulannya yang bernama JAMPERSAL  (Jaminan Persalinan). Dengan harapan semua ibu hamil mau memeriksakan kehamilannya di tenaga kesehatan khususnya Bidan dan melahirkan di fasilitas kesehatan (RSUD, puskesmas, rumah bidan), sehingga harapannya dapat menurunkan AKI (Angka Kematian Ibu))/AKB (Angka Kematian Bayi)  di Indonesia.



Gambarannya, setiap ibu hamil bisa memeriksakan kehamilannya secara gratis di Puskesmas/ bidan praktek swasta 4x pemeriksaan dan free melahirkan di RSUD, puskesmas, BPS yang sudah MOU dengan dinas dengan syarat dan ketentuan yang sudah ditetapkan. Sasaran jelas, untuk ibu hamil yang tidak mampu dengan 3 syarat : menyerahkan  fotokopi KK, FC. KTP dan buku periksanya.

Sayapun menjalankan tupoksi di puskesmas yaitu menerima pasien JAMPERSAL yang akan melahirkan di Puskesmas. Dengan kondisi bagaimanapun ketika pasien itu datang jam berapapun akan kami terima dan kami layani. Ternyata sosialisasi jampersal sudah banyak diketahui masyarakat. Masalahnya,gak semua ibu hamil di daerah saya punya KK dan KTP, boro-boro dapat buku periksa,  ibu hamil ini pun jarang memeriksakan kehamilannya.

Sayapun sempat merasakan ketika ibu-ibu itu pulang melahirkan dan hanya mengucapkan terima kasih atas bantuan kami, atau beberapa lembar uang yang memang nilainya  jauh dari kesan layak yang orang-orang bayangkan. Sempat terintas dalam pikiran saya bahwa saya bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup saya dan untuk membahagiakan kedua orang tua, saya datang ke Puskesmas tengah malam, ketika sebagian besar orang tengah terlelap, ketika dinginnya malam benar-benar menusuk badan, ketika abah saya bangunkan untuk menemani saya ke Puskesmas di malam hari, ketika jam istirahat kami terpotong,ketika harap-harap cemas menunggu lahirnya bayi kami rasakan,ketika antara hidup dan mati menjadi pilihan, Banyak yang dikorbankan, apakah saya tidak berhak untuk mendapatkan jasa yang lebih layak atas jerih payah yang saya lakukan??

Tidak  ada bedanya siang atau malam bagi kami karena 24 jam merupakan konsekuensi kerja yang sudah kami pilih. Saya sempat cerita ke orang  tua tentang apa yang saya rasa sejak program Jampersal ini berjalan. Bulan Juli 2011 tepatnya Puskesmas tempat saya kerja menerima pasien jampersal, namun baru awal bulan Januari 2012 kleim jasa  kami di bayarkan. Tidak utuh 100%, tetapi di potong 15% dengan perincian yang menyayat hati. Umi saya bilang, bidan itu tugas mulia niatkan semuanya untuk menolong dan mengharap ridhonya Allah saja. Insya Allah, rizki dari Allah akan  datang dari mana-mana. Kalau kita niatnya untuk ngejar materi ketika kita gak dapat materi yang kita inginkan jatuhnya malah sakit hati dan gak bersyukur. Saya hanya terdiam mendengar nasihat itu…

Awal Januari  2012 beberapa lembar uang biru itu tergeletak di atas tempat tidur saya. Miris rasanya melihat dan membayangkan beberapa bulan yang lalu saya bekerja di tengah malam , merelakan waktu tidur saya dan orang tua hanya untuk beberapa lembar uang ini,. Ya Allah,apakah ini yang saya kejar? Apakah ini yang bisa saya banggakan? Apakah ini yang akan menyelamatkan? apakah ini sumber kebahagiaan? Apakah karena beberapa lembar ini mebuat saya tidak bersyukur atas semua yang sudah Allah beri untuk saya dan keluarga, berbagai macam kemudahan, kebahagiaan, kesehatan,rizki yang berkecukupan.

Ya… tidak salah, jika ada yang mengatakan ini bukan pekerjaan yang “menghasilkan” tapi patut membahagiakan. Ketika materi tidak dapat mengalahkan pengalaman bagaimana  luar biasanya proses persalinan dan kelahiran bayi, sensasi ketika menolong bayi lahir ke dunia, ketika harus membuat ibu merasa nyaman dari kotoran yang tidak sengaja ikut keluar, bagaimana memimpin proses persalinan, ketika memberikan semangat dan do’a,ketika kemudahan dari Allah itu begitu terasa, ketika hanya Allah-lah yang punya kuasa memudahkan atau memberi cobaan, menakjubkannya ketika melahirkan ari-ari, saat menjahit, saat membersihkan tubuh ibu dari darah dan air ketuban, ketika memakaikan ibu baju dan perlengkapan lainnya, ketika mengajarka ibu cara menyusui bayi, ketika memotivasi ibu untuk makan dan minum obat. Saya sangat berbahagia dan bersyukur menjadi saksi ketika ibu-ibu itu melahirkan dengan mudah, ketika suara tangisan pertama bayi-bayi itu terdengar, ketika bayi itu lahir sehat dan selamat, menjadi bagian ketika kedua orang tuanya meyambut dengan ungkapan syukur, ketika bayi-bayi itu mencoba belajar mencari ASI ibunya, ketika ibu-ibu itu  hendak pulang ke rumah bersama keluarga barunya dengan senyuman yang merekah indah. Ya Allah,ini semua terlalu indah buat saya dan kebahagiaan itu tidak bisa dibeli dan ditukar dengan materi.

Ahhh…..mungkin inilah yang bidan Eros Rosita rasa. Ketika harapan dibalut kesyukuran, ketika kehidupan, kematian dan rizki menjadi rahasia mutlak Allah saja. Semua kebahagiaan dan kepuasan hati itu saya kembalikan kepada pemilik hati ini. Saya tetap berusaha menjemput rizki yang Allah sebar, dan berusaha mengamalkan ilmu sudah yang Allah titipkan, biar Allah yang memberikan rizki-Nya dari arah yang tidakakan pernah saya sangka. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?

La haula walakuwwata illa billah…




Rabu, 04 Januari 2012

Merah Saga

Bismillah…

Merah saga, hmm… sebetulnya bukan ingin menceritakan tentang judul sebuah nasyid tapi saya memang lagi jatuh cinta sama langit merah ini. Salah satu impian saya adalah duduk di atas pasir pantai di temani oleh orang yang saya sayang memandang lepas garis horizontal yang memisahkan antara langit dan bumi, ditemani syahdu deru ombak dan dipayungi langit merah saga, hening, dikibas lambut oleh angin pantai memainkan diri yang terduduk memandangi  lukisan alam yang luar biasa indahnya, berkontemplasi, muhasabah, mengingat kembali perjalanan hidup, kenikmatan, kebahagiaan, kesedihan, ode kehidupan yang tidak akan pernah ada yang sia-sia. 

Hanya untuk diri..
Ketika kita harus berbicara jujur dan mengungkapkan inilah saya yang sebenarnya
Hanya kita berdua, biarlah langit merah ini menemani dialog antara saya dan diri.
Hanya berdua saja,
dialog saya dan diri, saatnya saya harus jujur
Yaaa…bisa saja ada yang tersakiti tapi memang saya harus berdamai pada diri
Mungkin banyak hak diri yang tak terpenuhi, mau sampai kapan jika tak segera disadari
Diri dan saya… sudah semestinya saya kembali