Cahaya itu diatas cahaya…

Menerangi jalan menuju cinta-Nya



Kamis, 25 April 2013

REcharge

Satu minggu ini termasuk minggu yang banyak mainin emosi. udah kayak rollercoster naik turun, merosot naik turun lagi dengan posisi curam, kaki dikepala kepala di kaki sampe rasanya emesis, eneg, nano nano pokoke. Dan suasana paling enak untuk ngingat-ingat kejadian apa aja yang udah dialamin sehari-hari adalah pas saat berangkat/pulang kerja diatas motor (*berbahaya tapi cukup mengobati suasana hati).

Entah karena apa, padahal 1 minggu terakhir ini bukan termasuk premenstrual syndrome day tapi rasanya kok aneh dan sangat tidak nyaman.

Beberapa hari yang lalu Fera, temen SMA saya sms kalau di keterima di sekolahnya pak Munif di Bekasi, sekolah yang dia impiin dan cita-citain, harapan besar masuk ke sekolah tersebut. Alhamdulillah, seneeeeeng banget dengernya tapi sekaligus sedih yang gak tergambarkan kehilangan 1 sahabat terbaik untuk berpisah meraih apa yang di impikan. Selanjutnya kabar dari tempat kerja yang kurang menyenangkan, miss komunikasi dengan orang tua yang gak mau dengar pendapat orang lain ( * sediiih... padahal ibu itu saya anggap orang terdekat yang nyaman untuk berbagi), selanjutnya dapat kabar dari blognya ivon kalau bulan July bakalan ninggalin Indramayu tercintah menuju Jakardah, Ivon rencana ninggalin Indramayu dan bekerja di Jakarta sambil berencana kuliah S2 di UNJ ( sedih pangkat 3, sohib terbaik 1 lagi mau pergi). Rasanya beraaat...

Pulang kerja dengan berbagai macam perasaan kemarin satu2nya tempat yang langsung saya datengin adalah kamer Umi. Bruk... langsung tiduran di sebelah Umi yg lagi tidur siang, gak peduli dengan bau keringat yang bercampur dengan bau panas matahari sehabis pulang kerja. Saat itu saya hanya butuh nyaman dan ketenangan, nempel di sebelah umi yang lagi tertidur pulaaas. Sesekali saya liat tangannya, keriput di tangannya tak bisa menutupi sudah berapa lama perjalanan hidup yang di alami, sudah berapa banyak masakan yang udah di buat, udah berapa ton baju2 yang udah di cucikannya untuk abah, saya dan abang-abang saya dahulu, tangan yang terangkat dalam do'a dan penghujung malamnya, tangan yang udah banyak jasa bagi saya dan abang2 saya. Saya liat wajahnya, Umi semakin berkeriput, ujung daun matanya semakin turun, tanda2 kecantikan hatinya terpancar di wajah tua umi,  yang masih berusaha tetap tegar dan kuat menjalani usianya yang sudah tidak lagi muda. 

Layaknya isi ulang, energi untuk segera move on itu perlahan saya dapat setelah beberapa jam berada di sebelah umi, tanpa ada kata hanya mencoba mencari makna bahwa ada seseorang yang luar biasa di sebelah saya, yang entah berapa banyak cobaan yang dialami, energi untuk tetap semangat dan bertahan itu terasa sekali. Ya Allah, sungguh saya gak mau lemah dengan semua kondisi ini, saya ingin tetap bertahan dengan semua cobaan yang dialami, menyelesaikannya dengan kedewasaan dan kelapangan dada, saya  gak mau lemah, saya ingin menjadi luar biasa untuk orang tua saya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar