Cahaya itu diatas cahaya…

Menerangi jalan menuju cinta-Nya



Minggu, 10 Februari 2013

Replace


Bismillahirrahmanirrahim…

Sore ini dingin sekali, berbeda dengan sore-sore sebelumnya. Tubuhku ringkih dengan dingin ini serasa ia sudah menyelusup sampai ke tulang-tulang. Akral-akral jari tangan dan kaki memutih dan rindu merangsak masuk ke dalam sela-sela ruang yang hangat. Suara alunan syeikh Saad Al- Ghamidi yang membaca surat An Nuur terasa mendayau-dayu dan syahdu. Senja yang luar biasa, Alhamdulillah…

Beginilah kehidupan, aku melihat, mendengar, menyentuh, merasakan, mencium wanginya dan merasakan energy kehidupan dan cinta yang mengalir melalui relung, sendi dan menjalar melalui helaan dan hirupan nafas. Lembut kadang gelisah datang menghampiri, dinamika kehidupan manusia yang mencari arti, mempelajari, menemukan sesuatu yang bernama makna. Ah… betapa sulitnyakah makna itu ditemukan sehingga benturan dan gempuran mesti kerap datang menghampiri dan menerpa diri?

Ada yang datang dan pergi. Ada yang permisi namun ada juga yang datang sekelabat kedatangannya dan kepergiannya tanpa pernah permisi. Rasa memiliki, layaknya memiliki kehilangan yang berarti, kau hanya dapat nelangsa merasa kalau ia telah tiada tanpa pernah siaga berbuat sesuatu untuk mencegahnya pergi, sesuatu yang berarti dan begitu kau rindu sejak lama. Setalah ianya pergi baru kau sadari bawa telah ada yang hilang di hati. Kau bertanya, apakah itu gerangan yang pergi? Serasa hampa tak satupn bisa kau temui jawabannya di hati.

Lubang hati itu masih membekas, meyisakan ruang untuk kembali diisi dan ditemui maknanya yang sama. Hmmm… atau bisa saja kau ganti dengan menanamnya dengan sesuatu yang baru yang lebih rimbun, lebih berwarna, bermakna tentunya lebih indah. Merawatnya, memupuknya dengan pupuk cinta, menyiraminya dengan harapan yang sederhana dan bermakna, melihatnya selalu dengan kedua mata keteduhan, hati yang penuh kelembutan, dan do’a-do’a yang mengalun merdu syahdu penuh rindu pada pemilik sejatinya.

Sungguh, ianyapun butuh apa yang sejatinya kau butuhkan, bukan harta, pangkat ataupun kedudukan. Hanya sesuatu yang sederhana menenangkan dan sejatinya mendatangkan kelembutan.

Ala bidzikrillahi tatmainul qulub. . .


Tidak ada komentar:

Posting Komentar