Tidak ada nasehat Nabi secara
langsung bagi perempuan bagaimana memilih suami yang baik, bukan? Yang ada
untuk cowok.
Bukan karena diskriminatif.
Selain nasehat itu kadang berlaku umum--meski yang disebut cowoknya, mungkin
juga salah-satu alasannya adalah karena perempuan tidak memilih, melainkan
perempuanlah yang memutuskan: diterima atau ditolak.
Nah, urusan terima atau tolak,
itu sama seperti metode umum. Terimalah yang baik, tolak yang buruk. Gunakan
prinsip paling mendasar, paling hakiki, paling sejati, dan paling abadi, agar
tidak menyesal. Boleh pakai kriteria semua-muanya, boleh mau semua-muanya, tapi
fokuslah yang pentingnya apa.
--Tere Liye
Beruntunglah wanita2 yang tetap
cantik hingga masa tuanya, meskipun kulitnya keriput, wajahnya berkerut, rambut
menguban, dan tanda-tanda tua lainnya telah datang, tapi mereka tetap cantik.
Beruntunglah mereka, aduhai,
bahkan semakin cantik saja, menyenangkan berada di dekatnya, menyenangkan
menatap wajahnya, mendengarkan suaranya, nasehatnya.
Karena kecantikannya itu telah
pindah, pindah ke dalam hatinya.
Pun sama untuk laki-laki, semakin
tua, semakin tampan saja. Begitu menenteramkan, begitu melegakan menatapnya.
Karena ketampanan itu mekar tak terbilang: di dalam hatinya.
--Tere Lije
-------------------------------------
(I)
Kalau kalian serius mencari
jodoh, mungkin cowok yang rata2, konservatif, tidak neko2 bisa jadi pilihan
baik.
Tidak masalah anak rumahan, anak
mama-papa, yang penting kelak perhatian dan sayang keluarga kelak.
Tidak apalah nggak keren, nggak
gaul, bukan bintang olahraga, bukan anak band, yg penting lurus dan
bertanggung-jawab
Tidak apa nggak kayak James Bond,
malah lebih terlihat culun dan malu2, yang penting jujur dan sabar.
(II)
Juga sama buat cowok, mungkin
calon istri yang rata2, konservatif, tidak neko2 bisa jadi pilihan paling
tepat.
Tidak apa anak rumahan, nggak
pernah keluar malam-malam, nggak gaul, yang penting bisa menjaga kehormatan.
Tidak masalah bukan cewek paling
cantik, paling populer, tapi tinggi ilmu dan pemahamannya.
Tidak perlu kayak anggota
girlband Korea yg imut2, lincah2, malah lebih terlihat gadis pingit, yang
penting kelak bisa mengurus keluarga.
Mungkin bisa dipikirkan.
----------------------------------------
Untuk jadi apoteker, akuntan,
psikolog, dokter dan gelar profesi lain, kita tambah lagi 2 tahun sekolah
profesi, pengabdian, dsbgnya.
Tetapi untuk menjadi ibu rumah
tangga? Dikumpulkan seluruh pendidikan tersebut, ditambah lagi bertahun2,
bertahun2, bertahun2 kemudian, tetap tidak akan cukup untuk bisa memastikan
seseorang berhak menyandang: ibu rumah tangga terbaik. Karena panjang dan
pentingnya proses pendidikan ibu rumah tangga.
Nah, kalau semua orang ingin
sekolah tinggi2 demi gelar, profesi, pekerjaan, dsbgnya, maka ajaib sekali,
kenapa orang2 begitu menyepelekan pendidikan super tinggi untuk menjadi ibu
rumah tangga? Padahal memiliki anak yang berakhlak baik, keluarga yang bahagia,
jauh lebih penting dibandingkan kesuksesan karier dan sebagainya.
Berikan pendidikan kepada anak2
perempuan kita setinggi mungkin, agar kelak saat menjadi Ibu, sungguh berguna
semua ilmunya. Satu Ibu yang baik, akan melahirkan satu keluarga yang baik.
Satu generasi Ibu yang baik, maka akan datanglah penerus yang dijanjikan.
*Anak laki-laki, anak perempuan
Dari Abu Hurairah r.a, Rasulullah
SAW bersabda: wanita dinikahi karena empat hal, yaitu karena hartanya,
keturunannya, kecantikannya, dan agamanya. Dan dahulukanlah agamanya, jika
tidak maka kamu akan menyesal. (HR. Bukhari)
Membaca hadis ini bukan: ada 4
kriteria mencari jodoh, lantas utamakanlah kriteria ke-4, agama. Bukan begitu.
Hadis ini tidak sedang menyusun kriteria mencari jodoh. Membaca hadis ini
adalah: umumnya orang2 menikahi seorang wanita karena empat hal: harta,
keturunan dan kecantikan, dan agamanya. Boleh menggunakan 3 sebab pertama?
Boleh, tapi bersiaplah besok lusa menyesal. Besok lusa ini tidak sebatas besok
lusa hitungan tahun, tapi kelak hingga akhir yang sebenarnya akhir. Orang2 yang
menggunakan sebab terakhir, insya Allah tidak akan menyesal. Mau percaya atau
tidak atas wasiat ini, dikembalikan ke masing-masing.
Tetapi, Tere Liye itu bukan ahli
tafsir, dan tulisan pendek ini tidak dibuat untuk membahas soal hadis ini
secara detail. Saya justeru ingin membahas hal lain, yaitu: urusan
"remeh-remeh" saja.
Coba lihatlah, saya hampir tidak
menemukan syarat jodoh yang baik itu, bahwa wanita harus:
1. Bisa masak
2. Bisa mencuci
3. Bisa ngepel
4. atau bisa menjahit pakaian
Menarik sekali, bukan?
Lantas kenapa selama ini,
seolah-olah pekerjaan domestik adalah tanggungjawab wanita? Saya tidak tahu
muasalnya. Tapi jelas, dalam agama kita, banyak teladan yang menunjukkan bahwa
laki-laki juga terlibat dalam pekerjaan domestik/rumah tangga--termasuk teladan
dari Rasul Allah.
Kenapa wanita harus dinikahi
karena alasan agama? Karena pentingnya posisi Ibu sebagai orang pertama yang
menanamkan kepribadian pada anak-anak. Karena pentingnya posisi Ibu sebagai
orang yang "mengurus seluruh rumah tangga". Bicara soal mengurus
rumah tangga, maka itu bukan semata2 pekerjaan domestik seperti mencuci, masak,
kecil sekali kalau hanya itu, tapi lebih dari itu, seperti menjaga kehormatan
keluarga. Saya tidak main-main soal 'kehormatan keluarga' ini. Seorang istri
yang baik, bahkan bisa menjaga suaminya dari prilaku korupsi waktu, korupsi
perjalanan dinas, dsbgnya. Bukan justeru istrinya yang membujuk suami agar
nebeng fasilitas kantor dalam banyak hal.
Nah, seseorang dibilang punya
agama yang baik, mutlak alias harus alias kudu: punya ilmu yang tinggi. Ini
lebih menarik lagi. Agama yang baik bukan karena hanya dia siang malam shalat,
tidak putus berpuasa, dsbgnya, tapi juga ilmunya yang tinggi. Lagi-lagi saya
tidak menemukan relevansi bisa masak, mencuci, ngepel, atau bisa menjahit
pakaian di sini. Dan ingat, ilmu agama tinggi itu mencakup banyak aspek.
Maka, agar tulisan ini tidak
kemana-mana, akan sy singkat saja, sbb:
1. Jika kalian laki-laki,
tanggungjawab pekerjaan domestik/rumah tangga juga melekat pada kita. Kita
tidak bisa masak, no problem, tapi mencuci piring bisa kan? Anak2 atau remaja
laki-laki harus dididik menguasai pekerjaan rumah tangga, termasuk menyikat
kamar mandi, mencuci, menyetrika. Percayalah ibu, bapak, jika anak2 cowok kita
sejak kecil sudha jago dalam urusan ini, besok lusa akan berjodoh dengan gadis
yang cantik. Itu keliru sekali pemahaman yg bilang, pekerjaan rumah tangga
adalah pekerjaan cewek.
2. Jika kalian wanita, maka
memiliki ilmu tinggi (baik agama maupun bukan) adalah tuntutan. Ibu rumah
tangga dengan pendidikan tinggi, menjadi modal yang baik untuk menanamkan
ahklak yg cemerlang bagi anak-anaknya. Well yeah, kenapa orang sibuk menuntut
ilmu tinggi2 hanya demi memperoleh pekerjaan dan gaji tinggi? Kenapa orang2
tidak menuntut ilmu agar bisa mendidik anak2nya menjadi keren? Itu jelas
argumen yang lebih hakiki dan masuk akal. Dan keliru sekali pemahaman yang
bilang, sia-sia saja sekolah tinggi2 kalau hanya jadi ibu rumah tangga.
Mungkin menarik untuk dipikirkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar