Cahaya itu diatas cahaya…

Menerangi jalan menuju cinta-Nya



Rabu, 21 Desember 2011

Koran By Heart

Kitab (Al-Qur’an) ini tak ada keraguan padanya, petunjuk bagi mereka yang bertakwa (QS. Al-Baqarah: 2)

Ini salah satu ayat yang membuat saya bangga menjadi seorang Muslim dan memiliki kitab suci Al-Qur’an. Tak ada keraguan pada isinya dan menjadi petunjuk untuk kebahagiaan dunia hingga akhirat.

Sedikit berbagi tentang sebuah film documenter yang beberapa minggu lalu saya tonton dan beberapa hari lalu saya ulang. Koran By Heart, sebuah film documenter produksi HBO Documentar film yang disutradarai oleh Greg Barker. Menceritakan tentang tiga orang anak muslim yang berangkat ke Mesir untuk mengikuti kompetisi menghapal Al-Qur’an. Perkenalkan mereka berasal dari belahan bumi yang berbeda. Nabiollah Saidov yang berasal dari Tajikistan (Asia Tengah), Rifdha Rasheed dari Maldives (Indian Ocean) dan Djamil Djieng datang dari Senegal (Afrika Barat). Sebanyak 110 penghapal Al-Qur’an datang dari 70 negara datang ke Kairo, Mesir untuk mengikuti kompetisi tingkat dunia ini. Sebaian besar peserta berumur 20 tahunan, paling kecil berusia 7-10 tahun.

Hmm… 7 tahun sudah menghapal satu kitab Al-Qur’an, 114 surat. Setara dengan anak kelas 2 SD jika di sebayakan dengan anak-anak Indonesia. Sedikit bocoran cerita ternyata Rifdha ini anak yang unggul di kelasnya, ia menyukai matematika dan science, Djamil yang merupakan anak seorang Imam di Senegal dan Nabiollah yang berasal dari rakyat biasa yang mempunyai suara yang sangat merdu. Uniknya suara mereka sangat merdu ketika membaca Al-Qur’an padahal keseharian mereka tidak berbahasa arab.

Djamil Djieng dan ayahnya

Awal film ini memperkenalkan bagaimana latar belakang kehidupan keluarga, siapa mereka, dan bagaimana mereka bisa tertarik dengan Al-Qur’an. Saya sangat tertarik dengan pernyataan Djamil dari Senegal yang berkata, “ My parents told me to learn tke Koran before anything else. Every Muslim should learn the Koran.” Waw luar biasa, didikan orang tua yang jelas terlihat bagaimana cintanya mereka dengan Al-Qur’an sampai kata-kata itu melekat pada Djamil. Lain Djamil lain pula Nabiollah,” At first I didn’t think I could do it, but after working really hard with my teacher and practicing over and over now I’ve memorized the entire Koran.”

Film documenter ini sangat menarik. Selain menceritakan perjalanan mereka mengikuti kompetisi menghapal Al-Qur’an, film ini banyak menggambarkan hubungan orang tua dengan anaknya. Bagaimana mendidik mereka, bagaimana kepercayaan orang tua terhadap guru, harapan orang tua terhadap anak, yaaa… saya bisa menilai bahwa mereka anak-anak yang beruntung memiliki orang tua yang konsen terhadap Al-Qur’an.

Rifdha Rasheed dan Shimla Rasheed (ibunda Rifdha)

Kepercayaan terhadap guru, tergambar dari ayah Nabiollah yang ketika itu mengetahui bahwa anaknya terpilih mewakili negaranya untuk mengikuti kompetisi ini. Ayah Nabiollah berkata,” You’re in charge of my son, send him wherever you want.” Saya teringat cerita salah satu imam mahzab, ketika itu ibunya berencana mengirim anaknya ke salah satu guru untuk belajar Islam, ia menyerahkan anaknya kepada guru itu dan mengaharapkan agar anaknya manjadi anak yang berilmu. Subhanallah, saya banyak berharap guru-guru khususnya di Negara ini tak hanya memberikan wacana akan tetapi ada ilmu dan hikmah yang disampaikan agar kata tak menjadi hambar agar hati menjadi hidup.

Nabiollah Saidov

Film dokumenter ini layak untuk ditonton siapapun. Secara film dokumenter ini juga masih fresh keluaran tahun 2011. Teguran bagi saya agar bersemangat untuk up grade hapalan Qur’an, mempersiapkan diri dan belajar bagaimana mendidik anak cinta dengan Qur’an. Saya membayangkan bagaimana kelak anak-anak ini akan memakaikan kedua orang tuanya mahkota pada hari kiamat yang sinarnya lebih cemerlang dari cahaya matahari di dunia.

“There’s a verse in the Koran that says if you memorized the Qor’an and teach it to others you will be succesfull in this life and the next life. So, I really hope I can keep learning the Koran, God Willing.” (Nabiollah Saidov).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar