Cahaya itu diatas cahaya…

Menerangi jalan menuju cinta-Nya



Senin, 26 September 2011

Mengenalkan Allah Kepada Anak


Oleh: Mohammad Fauzil Adhim

Kalau anak-anak itu kelak tak menjadikan Tuhannya sebagai tempat meminta dan memohon pertolongan, barangkali kitalah penyebab utamanya. Kitalah yang menjadikan hati anak-anak itu tak dekat dengan Tuhannya. Bukan karena kita tak pernah mengenalkan –meskipun barangkali ada yang demikian—tetapi karena keliru dalam memperkenalkan Tuhan kepada anak. Kerapkali, anak-anak lebih sering mendengar asma Allah dalam suasana menakutkan.

Mereka mengenal Allah dengan sifat-sifat jalaliyah-Nya, sementara sifat jamaliyah-Nya hampir-hampir tak mereka ketahui kecuali namanya saja. Mereka mendengar asma Allah ketika orangtua hendak menghukumnya. Sedangkan saat gembira, yang mereka ketahui adalah boneka barbie. Maka tak salah kalau kemudian mereka menyebut nama Allah hanya di saat terjadi musibah yang mengguncang atau saat kematian datang menghampiri orang-orang tersayang.

Astaghfirullahal ‘adziim…

Anak-anak kita sering mendengar nama Allah ketika mereka sedang melakukan kesalahan, atau saat kita membelalakkan mata untuk mengeluarkan ancaman. Ketika mereka berbuat "keliru" –meski terkadang kekeliruan itu sebenarnya ada pada kita—asma Allah terdengar keras di telinga mereka oleh teriakan kita, "Ayo…. Nggak boleh! Dosa!!! Allah nggak suka sama orang yang sering berbuat dosa."

Atau, saat mereka tak sanggup menghabiskan nasi yang memang terlalu banyak untuk ukuran mereka, kita berteriak, "E… nggak boleh begitu. Harus dihabiskan. Kalau nggak dihabiskan, namanya muba…? Muba…? Mubazir!!! Mubazir itu temannya setan. Nanti Allah murka, lho."

Setiap saat nama Allah yang mereka dengar lebih banyak dalam suasana negatif; suasana yang membuat manusia justru cenderung ingin lari. Padahal kita diperintahkan untuk mendakwahkan agama ini, termasuk kepada anak kita, dengan cara "mudahkanlah dan jangan dipersulit, gembirakanlah dan jangan membuat mereka lari". Anak tidak merasa dekat dengan Tuhannya jika kesan yang ia rasakan tidak menggembirakan. Sama seperti penggunaan kendaraan bermotor yang cenderung menghindari polisi, bahkan di saat membutuhkan pertolongan. Mereka "menjauh" karena telanjur memiliki kesan negatif yang tidak menyenangkan. Jika ada pemicu yang cukup, kesan negatif itu dapat menjadi benih-benih penentangan kepada agama; Allah dan rasul-Nya. Na’udzubillahi min dzalik.

Rasanya, telah cukup pelajaran yang terbentang di hadapan mata kita. Anak-anak yang dulu paling keras mengumandangkan adzan, sekarang sudah ada yang menjadi penentang perintah Tuhan. Anak-anak yang dulu segera berlari menuju tempat wudhu begitu mendengar suara batuk bapaknya di saat maghrib, sekarang di antara mereka ada yang berlari meninggalkan agama. Mereka mengganti keyakinannya pada agama dengan kepercayaan yang kuat pada pemikiran manusia, karena mereka tak sanggup merasakan kehadiran Tuhan dalam kehidupan. Sebab, semenjak kecil mereka tak biasa menangkap dan merasakan kasih-sayang Allah.

Agaknya, ada yang salah pada cara kita memperkenalkan Allah kepada anak. Setiap memulai pekerjaan, apa pun bentuknya, kita ajari mereka mengucap basmalah. Kita ajari mereka menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Tetapi kedua sifat yang harus selalu disebut saat mengawali pekerjaan itu, hampir-hampir tak pernah kita kenalkan kepada mereka (atau jangan-jangan kita sendiri tak mengenalnya?). Sehingga bertentangan apa yang mereka rasakan dengan apa yang mereka ucapkan tentang Tuhannya.

Bercermin pada perintah Nabi saw. dan urutan turunnya ayat-ayat suci yang awal, ada beberapa hal yang patut kita catat dengan cermat. Seraya memohon hidayah kepada Allah atas diri kita dan anak-anak kita, mari kita periksa catatan berikut ini:

Awali Bayimu dengan Laa Ilaaha IllaLlah

Rasulullah saw. pernah mengingatkan, "Awalilah bayi-bayimu dengan kalimat laa ilaaha illaLlah."

Kalimat suci inilah yang perlu kita kenalkan di awal kehidupan bayi-bayi kita, sehingga membekas pada otaknya dan menghidupkan cahaya hatinya. Apa yang didengar bayi di saat-saat awal kehidupannya akan berpengaruh pada perkembangan berikutnya, khususnya terhadap pesan-pesan yang disampaikan dengan cara yang mengesankan. Suara ibu yang terdengar berbeda dari suara-suara lain, jelas pengucapannya, terasa seperti mengajarkan (teaching style) atau mengajak berbincang akrab (conversational quality), memberi pengaruh yang lebih besar bagi perkembangan bayi. Selain menguatkan pesan pada diri anak, cara ibu berbicara seperti itu juga secara nyata meningkatkan IQ balita, khususnya usia 0-2 tahun. Begitu pelajaran yang bisa saya petik dari hasil penelitian Bradley & Caldwell berjudul 174 Children: A Study of the Relationship between Home Environment and Cognitive Development during the First 5 Years.

Apabila anak sudah mulai besar dan dapat menirukan apa yang kita ucapkan, Rasulullah saw. memberikan contoh bagaimana mengajarkan untaian kalimat yang sangat berharga untuk keimanan anak di masa mendatang. Kepada Ibnu ‘Abbas yang ketika itu masih kecil, Rasulullah saw. berpesan:

"Wahai anakku, sesungguhnya aku akan mengajarkanmu beberapa kata ini sebagai nasehat buatmu. Jagalah hak-hak Allah, niscaya Allah pasti akan menjagamu. Jagalah dirimu dari berbuat dosa terhadap Allah, niscaya Allah akan berada di hadapanmu. Apabila engkau menginginkan sesuatu, mintalah kepada Allah. Dan apabila engkau menginginkan pertolongan, mintalah pertolongan pada Allah. Ketahuilah bahwa apabila seluruh ummat manusia berkumpul untuk memberi manfaat padamu, mereka tidak akan mampu melakukannya kecuali apa yang telah dituliskan oleh Allah di dalam takdirmu itu.Juga sebaliknya, apabila mereka berkumpul untuk mencelakai dirimu, niscaya mereka tidak akan mampu mencelakaimu sedikit pun kecuali atas kehendak Allah. Pena telah diangkat dan lembaran takdir telah kering." (HR. At-Tirmidzi).

Dalam riwayat lain disebutkan, "Jagalah hak-hak Allah, niscaya engkau akan mendapatkan Dia ada di hadapanmu. Kenalilah Allah ketika engkau berada dalam kelapangan, niscaya Allah pun akan mengingatmu ketika engkau berada dalam kesempitan. Ketahuilah bahwa segala sesuatu yang salah dalam dirimu tidak mesti engkau langsung mendapatkan hukuman-Nya. Dan juga apa-apa yang menimpa dirimu dalam bentuk musibah atau hukuman tidak berarti disebabkan oleh kesalahanmu. Ketahuilah bahwa pertolongan itu akan datang ketika engkau berada dalam kesabaran, dan bersama kesempitan akan ada kelapangan. Juga bersama kesulitan akan ada kemudahan."

Apa yang bisa kita petik dari hadis ini? Tak ada penolong kecuali Allah Yang Maha Kuasa; Allah yang senantiasa membalas setiap kebaikan. Tak ada tempat meminta kecuali Allah. Tak ada tempat bergantung kecuali Allah. Dan itu semua menunjukkan kepada anak bahwa tidak ada tuhan kecuali Allah.

Wallahu a’lam bishawab.

Iqra’ Bismirabbikal ladzii Khalaq


Sifat Allah yang pertama kali dikenalkan oleh-Nya kepada kita adalah al-Khaliq dan al-Karim, sebagaimana firman-Nya, "Bacalah dengan nama Tuhanmu Yang Menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah. Yang mengajar dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya." (QS. Al-‘Alaq: 1-5).

Setidaknya ada tiga hal yang perlu kita berikan kepada anak saat mereka mulai bisa kita ajak berbicara. Pertama, memperkenalkan Allah kepada anak melalui sifat-Nya yang pertama kali dikenalkan, yakni al-Khaliq (Maha Pencipta). Kita tunjukkan kepada anak-anak kita bahwa kemana pun kita menghadap wajah kita, di situ kita menemukan ciptaan Allah. Kita tumbuhkan kesadaran dan kepekaan pada mereka, bahwa segala sesuatu yang ada di sekelilingnya adalah ciptaan Allah. Semoga dengan demikian, akan muncul kekaguman anak kepada Allah. Ia merasa kagum, sehingga tergerak untuk tunduk kepada-Nya.

Kedua, kita ajak anak untuk mengenali dirinya dan mensyukuri nikmat yang melekat pada anggota badannya. Dari sini kita ajak mereka menyadari bahwa Allah Yang Menciptakan semua itu. Pelahan-lahan kita rangsang mereka untuk menemukan amanah di balik kesempurnaan penciptaan anggota badannya. Katakan, misalnya, pada anak yang menjelang usia dua tahun, "Mana matanya? Wow, matanya dua, ya? Berbinar-binar. Alhamdulillah, Allah ciptakan mata yang bagus untuk Owi. Matanya buat apa, Nak?"

Secara bertahap, kita ajarkan kepada anak proses penciptaan manusia. Tugas mengajarkan ini, kelak ketika anak sudah memasuki bangku sekolah, dapat dijalankan oleh orangtua bersama guru di sekolah. Selain merangsang kecerdasan mereka, tujuan paling pokok adalah menumbuhkan kesadaran –bukan hanya pengetahuan—bahwa ia ciptaan Allah dan karena itu harus menggunakan hidupnya untuk Allah.

Ketiga, memberi sentuhan kepada anak tentang sifat kedua yang pertama kali diperkenalkan oleh Allah kepada kita, yakni al-Karim. Di dalam sifat ini berhimpun dua keagungan, yakni kemuliaan dan kepemurahan. Kita asah kepekaan anak untuk menangkap tanda-tanda kemuliaan dan sifat pemurah Allah dalam kehidupan mereka sehari-hari, sehingga tumbuh kecintaan dan pengharapan kepada Allah. Sesungguhnya manusia cenderung mencintai mereka yang mencintai dirinya, cenderung menyukai yang berbuat baik kepada dirinya dan memuliakan mereka yang mulia.

Wallahu a’lam bishawab (Sumber: Hidayatullah.com)

Sabtu, 17 September 2011

ISLAM ADALAH ALAM SEMESTA


Islam adalah sistem alam semesta ini. Islam adalah sistem hidup yang mengatur apapun di dunia ini. Mengatur sistem edar tata surya yang begitu teratur, tumbuh-tumbuhan, hewan, bahkan sistem kerja organ-organ tubuh kita.Pengaturan semacam itu sudah jadi Sunnatullah. Jika yang mengatur bukan Sang Maha Pengatur..lalu siapa lagi? Adakah yang lain? Begitu juga dengan hidup …tentu saja telah diatur oleh Allah Sang Maha Pengatur. Bedanya…jika tumbuhan, hewan, tata surya adalah benda dan makhluk yang tidak memiliki akal maka ia tunduk seutuhnya kepada Allah tanpa perlawanan dan pemikiran (it’s automatic). Bedahalnya dengan manusia..Manusia pun tak luput dari kepengaturan Allah akan tetapi ia diberi kelebihan berupa akal. Akal adalah salah satu bentuk penghormatan dan kemuliaan manusia yang membedakan dengan makhluk lain yang diatur secara automatic tanpa berpikir bak robot. Manusia memiliki akal yang dengannya ia berpikir, menganalisa, memilih.Alloh mengiginkan manusia diatur dengan cara seperti itu. Merelakan diri hidup dibawah kepengaturan-Nya dengan kesadaran pikir atau berproses (berpikir, menganalisa, menimbang, memutuskan) bukanya asal taat saja dengan automatic (just like a robot) lalu apa gunanya akal jika begitu? Satu potensi kehormatan yang membedakan antara manusia dengan makhluk yang lainnya sekaligus yang mendudukannya sebagai makhluk termulia di muka bumi. Ketaatan yang dibangun atas dasar kedewasaan dan pilihannya sendiri.Itulah hikmah diberikannya akal.

Namun akalpun bisa jadi boomerang…jika tidak dimanfaatkan sebaik-baiknya, karena ia memberi ruang pilih bagi manusia. Membekali manusia dengan kehendak atas dua potensi fujur dan takwa….menerima atau menolak. Ia juga mengisyaratkan sebuah pertanggungjawaban. Bertanggung jawab atas pilihan sendiri.. Allah telah membekali kita dengan alam semesta dengan berbagai gejalanya yang menunggu untuk kita baca sebagai clue-nya, ia juga memberi kita kitab petunjuk hidup tempat disimpan berbagai rahasia semesta. Tuhan mengiginkan kita berproses menuju taat…bukan dengan meniru, membebek tapi dengan proses yaitu berpikir. Ada akal, ada alam semesta, ada petunjuk..trus diapain??lalu kita diperintahkan untuk menggunakan apa yang tersedia dengan sebaik-baiknya to find the TRUTH…coz kata letto only the truth will sets you free. Ia talah berjanji bahwa Ia telah menanam benih-benih kebenaran dalam tiap-tiap diri manusia di muka bumi ini. Seperti halnya sebuah gembok lalu kita disuruh mencari anak kuncinya di alam semesta dengan buku petunjuk yang bernama Al-Qur’an yang dibacakan oleh sang guide yaitu seorang rasul. Bertemunya fitrah dengan huda menjadi sebuah kebenaran hampir mirip dengan sel telur yang telah bertemu dengan sperma dalam peristiwa pembuahan, di antara berjuta hanya satu yang menjadi pemenangnya , yang cocok, menang, unggul hingga bisa berbuah ridho. Bertemu kebenaran seperti bertemu dengan soulmate.KLIK!

                                                                  (Jogja, Agustus’07)

Source, catatan seorang sahabat yang saya cintai karena Allah SWT

Jumat, 16 September 2011

Bikin Insomniaa

Bismillahirahmanirrahim...

Jam 23.10 tiba-tiba dapet telpon dari rekan kerja bahwa ada partus (persalinan) di puskesmas pembukaan udah 5 cm. Ya Allah, tiba-tiba penyakit syndrom malas datang tanpa diduga. Beraaaaat rasanya secara ini situasi yang benar-benar enak untuk merebahkan diri di malam yg udah benar-benar gelap. Teringat, ini konsekuensi pasti yang udah ambil dan pilih sebagai seorang midwife (bidan) siap 24 jam kapanpun dipanggil untuk persalinan. Bismillahitawakaltualallah Lahaula walakuwata Illabillah... mudahkan dan lancarkanlah proses persalinan ini ya Allah.. Amin. Akhirnya berangkat ke Puskesmas diantar abah. Inilah bukti keterlibatan dan dukungan keluarga dengan profesiku sebagai bidan (Alhamdulillah). 

Ya... benar-benar pekat, sepi, dingin dan gelap. melihat sisi lain kota dibalik hingar-bingarnya di siang hari. tampak beberapa tukang becak yang masih siaga di atas becaknya, dengan matanya yang awas dan siaga melihat dan mencari penumpang barangkali ada yang ingin menyewa jasanya di tengah malam bolong ini. It's a life, masing-masing punya peran dan menjalankan skenarionya masing-masing.

Sampai di Puskesmas ternyata udah ada bidan desanya, diceritakan pasien dengan umur kehamilan 34-35 minggu, ketubah sudah pecah dari jam 10 malam, pembukaan 4 cm. Perasaan udah ga enak, sepertinya pasien dirujuk nih, tapi kenapa TFU-nya 32cm seolah-olah udah aterm, kepala udah masuk panggul. Nanya ke pasien si pasien yakiin kalau menst terakhirnya bulan januari pertengahan. Ga mau ambil risiko akhirnya konsul ke dokter, dapat advice suruh dirujuk ke RS dengan alasan kuat bayi prematur dan memang puskesmas belum PONED dikhawatirkan bayi asfiksia. Alhasil, keluarga menyetujui dan dirujuk ke RSUD, saya dan teman mengantar pasien sampai ke ruang persalinan. 

Sampei di RS kira kira jam 1 malam, lagi fully bed pasien sementara ditaruh di ruang isolasi dan hanya ada satu bidan yg terlihat. Kami disuruh manggil bidan yang satunya lagi di ruang jaga bidan. keluarlah bidan satunya sambil nanya " pasien apa?" saya bilang prematur pembukaan 4cm. pasien diperiksa dan menurut bidan tersebut pasien ini aterm (cukup bulan), kami disuruh anamnesa dan ngisi data pasien di lembar askeb tanpa basa basi (huwaaaaa... dikerjain, udah kaya mahasiswa lagi). Kami masih bisa menerima perlakuan dengan alasan banyak pasien dan sibuk, tapi sesibuk apapun menghargai rekan sejawat dan pasien itu mulia lho buw dan ga akan mengurangi harkat dan martabat kita.

Astaghfirullahaladzim... adrenalin saya agak naik disitu, esmosi udah mulai ngisi absen di hati saya (sabaaaaaaaarr) teman saya berusaha nenangin saya. Buw, kami ga akan rujuk ini pasien kalau ga ada advice dari dokter, dan kami ga mau ambil risiko kalau ternyata bayi ini benar-benar kurang bulan. 

Dan kejadian di dalam ruang persalinan itu bikin saya insomnia hingga detik ini. Saya pernah merasakan betapa stressor tinggi memenuhi isi kepala ketika banyak tindakan bisa membuat kita sensitif dan membuat pemakluman ketika kita lalai dengan apa yang pasien rasakan terhadap pelayanan. Tak hanya itu, sesama profesi kita udah rekan kerja lho.

Alhamdulillah lega juga bisa nulis uneg-uneg walaupun masih terngiang sedikit. Maafin saya juga ya buw kalau saya punya salah antara sensitif atau terlalu peka. Sayapun masih belajar ketika kita berbuat sesuatu untuk orang lain dalam arti memberikan pelayanan, seperti apakah pelayanan yang ingin saya dapatkan? senangkah jika saya disapa dan diperlakukan dengan baik dan bijak? bagaimana jika saya diperlakukan tidak baik? bagaimana jika posisi yang menjadi pasien adalah keluarga kita?

Ya Rahmana- Ya Rahim- Ya lathiif, jadikanlah kami hamba-hambaMu yang penuh dengan rasa kasih dan sayang terhadap sesama beri kami kelembutan hati dan kemuliaan akhlak. 

Rabb, sempurnakanlah untuk kami cahaya bagi kami, ampunkanlah kesalahan kami sesungguhnya Engkau Maha Perkasa Atas segala sesuatu. Amin..


Rabu, 14 September 2011

Kematian Hati : (alm) KH. Rahmat Abdullah


Bismillah....
Tulisan ini pertama kali saya baca dari notes Fb-nya milik kak Seto Buje teman yang baru beberapa hari lalu saya add. Subhanallah, diambil dari tulisannya (alm) KH. Rahmat Abdullah tulisan yang begitu mengguggah kesadaran saya sebagai seorang manusia dan hamba. rekomendasi untuk dibaca, semoga ada ibroh yang bisa didapat.
source,http://setobuje.multiply.com

Kematian Hati
Banyak orang tertawa tanpa (mau) menyadari sang maut sedang mengitainya. Banyak orang cepat datang ke shaf shalat laiknya orang yang amat merindukan keka-sih. Sang ternyata ia datang tergesa-gesa hanya agar dapat segera pergi. Seperti penagih hutang yang kejam ia perlakukan tuhannya.

Dari jahil engkau disuruh berilmu dan tak ada izin untuk berhenti hanya pada ilmu. Engkau dituntut beramal dengan ilmu yang Allah berikan. Tanpa itu alangkah besar kemurkaan Allah atasmu.

Tersanjunglah engkau yang pandai bercakap tentang keheningan senyap ditingkah rintih istighfar, kecupak air wudlu di dingin malam, lapar perut karena shiam atau kedalaman munajat dalam rakaat-rakaat panjang. Tersanjungkah engkau dengan licin lidahmu bertutur, sementara dalam hatimu tak ada apa-apa. Kau kunyah mitos pemberian masyarakat dan sangka baik orang-orang berhati jernih, bahwa engkau adalah seorang saleh, alim, abid lagi mujahid, lalu puas, meyakini itu tanpa rasa ngeri.

Asshiddiq Abu bakar Ra. Selalu gemetar saat dipuji orang. “YA Allah, jadikan diriku lebih baik daripada sangkaan mereka, janganlah Engkau hukum aku karena ucapan mereka dan ampunilah daku lantaran ketidak tahuan mereka”, ucapnya lirih.

Ada orang bekerja keras dengan mengorbakan begitu banyak harta dan dana, lalu ia lupakan semua itu dan tak pernah mengenangnya lagi. Ada orang beramal besar dan selalu mengingat-ingatnya, bahkan sebagian menyebut-nyebutnya kepada khalayak. Ada orang beramal sedikit dan mengkalim amalnya sangat banyak. Dan ada orang yang sama sekali tak pernah beramal, lalu merasa banyak amal dan menyalahkan banyak orang karena kekurangan atau ketidaksesuaian amal mereka dengan ambisi pribadinya, atau tidak mau kalah atau tertinggal di belakang para pejuang. Mereka telah menukar kerja dan kata.

Dimana kau letakkan dirimu? saat kecil, engkau begitu takut gelap, suara dan segala yang asing. Begitu kerap engkau bergetar dan takut, sampai sesudah pengalaman dan ilmu makin bertambah, engkau pun berani tampil di depan seorang kaisar tanpa rasa gentar. Telah berapa hari engkau hidup dalam lumpur yang membunuh hatimu sehingga getarannya tak terasa lagi saat obyek ma`siat menggodamu dan engkau menikmatinya? , Malu kepada Allah dan hati nurani tak ada lagi.

Malam-malam berharga berlalu tanpa satu rakaat pun kau kerjakan. Usia berkurang banyak tanpa jenjang kedewasaan ruhani bertambah tinggi. Rasa malu kepada Allah, dimana kau kubur dia? Di luar sana rasa malu tak punya harga. Mereka jual diri secara terbuka lewat layar kaca, sampul majalah atau bahkan melalui penawaran langsung, 228.000 remaja mengidap putau. Dari 1500 responden usia SMP & SMU 25% mengaku telah berzina dan hampir separuhnya setuju remaja berhubungan seks di luar nikah asal jangan perkosaan, walaupun pada saatnya mereka memperkosa.
Dan masyarakat memanjakan mereka, karena “mereka masih dibawah usia”. Mungkin engkau mulai berfikir “jamaklah, bila aku main mata dengan aktifis perempuan, bila engkau laki-laki atau sebaliknya (akhi dan ukhti) di celah-celah atau berdialog dalam jarak sangat dekat atau bertelepon dengan menambah waktu sekedar melepas kejenuhan dengan canda jarak jauh”

Betapa jamak “dosa kecil” itu dalam hatimu. Kemana getarannya yang gelisah dan terluka dulu, saat “TV Thaghut” menyiarkan segala “kesombongan jahiliyah dan maksiat”?. Saat engkau mau muntah melihat laki-laki berbusana perempuan, dan perempuan berpakaian laki-laki, apa tertawa riang menonton akting mereka tidak dilaknat?”Ataukah taqwa berlaku saat berkumpul bersama dan yang paling tinggi berteriak “ini tidak islami” berarti ia paling islami, lalu sesudah itu urusan kesendirian tinggallah antara engkau dengan lamunanmu, tak ada Allah disana?

Sekarang engkau telah jadi kader hebat. Tidak lagi malu-malu tampil. Justeru engkau sangat malu untuk menahan tanganmu dari jabatan tangan lembut lawan jenismu yang muda dan segar. Kau yang tak mampu melawan berontak hatimu untuk tidak makan berdiri di tengah suatu resepsi mewah. Berbisiklah syaithanmu : “Jika kau duduk di lantai atau di kursi malam ini citra da`wah akan ternoda”. Seakan engkau-lah pemilik da`wah ini.

Lupakah kau, jika bidikanmu ke sasaran tembak meleset 1 milimeter, maka pada jarak 300 meter dia tidak melenceng 1 milimeter. Begitu jauhnya inhiraf di kalangan awam, tak lain karena para elitenya telah salah melangkah lebih dulu. Siapa yang mau menghormati ummat yang “kiayi”-nya membayar beberapa ratus ribu kepada seorang perempuan yang beberapa menit sebelumnya ia setubuhi, lalu dengan enteng mengatakan “itu maharku, Allah waliku dan malaikat itu saksiku” dan sesudah itu segalanya selesai, berlalu tanpa rasa bersala? Siapa yang akan memandang ummat yang da`inya berpose lekat dengan seorang perempuan muda artis penyanyi lalu mengatakan “ini anakku, karena kedudukan guru dalam islam seperti ayah, bahkan lebih dekat lagi”

Akankah engkau juga menambah barisan kebingungan ummat lalu mendaftar diri sebagai ‘alimullisan (alim di lidah)?. Apa kau fikir sesudah semua kedangkalah ini kau masih aman dari kemungkinan jatuh ke lembah yang sama? Apa beda seorang remaja yang menzinai teman sekolahnya dengan seorang alim yang merayu rekan perempuan dalam organisasinya? . Kau andalkan penghormatan masyarakat awam karena statusmu lalu kau serang maksiat masyarakat awam? Bukankah ini mengkomersilkan kekurangan masyarakat? Koruptor macam apa engkau ini? Semoga ini tak terjadi pada dirimu, karena kafilah yang pernah berlalu tak sunyi dari peruntuh bangunan yang dibina dengan susah payah.

Pernah kau lihat sepasang mami dan papi dengan anak remaja mereka. Tengoklah langkah mereka di mal. Betapa besar sumbangan mereka kepda Amerika dan Zionis dengan banyak-banyak mengkonsumsi produk makanan mereka, semata-mata karena nuansa “westernnya” . Engkau akan menjadi faqih pedebat yang tangguh saat engkau tenggak minuman halal itu, dengan perasaan “lihatlah, betapa Amerikanya aku”. Memang, soalnya bukan Amerika atau bukan Amerika, melainkan apakah engkau punya harga diri. Mahatma Ghandi memimpin perjuangan kemerdekaan india dengan kain tenunan bangsa sendiri atau terompah lokah yang tak bermerk. Namun setiap ia menoleh ke kanan, maka 300 juta rakyat india menoleh ke kanan. Bila ia tidur di rel kereta api, maka 300 juta rakyat india akan tidur disana. Bila ia minta bangsanya mendongakkan kepala dengan bangga, maka 300 juta bangsa india akan tegak, walau pun tulang punggung mereka tak kuat lagi berdiri karena lapar dan kurang gizi.

Kini datang “pemimpin” ummat, ingin mengatrol harga diri dan gengsi ummat dengan pameran mobil dan rumah mewah serta hidup di tengah gemerlap kehidupan selebritis. Saat fatwa digenderangkan, ummat tak lagi punya kemauan untuk mendengar. “Engkau adalah penyanyi bayaranku dengan uang yang kukumpulkan susah payah. Bila aku bosan aku bisa panggil penyanyi lain yang kicaunya lebih memenuhi seleraku”

Selasa, 13 September 2011

Barakallah Kiki Yulianto dan Rismawati

Bismillahirrahmanirrahim... 

Barakallau laka wa baraka 'alaika wa jama'a bainakuma fii khoiri


Subhanallah, bukti kekuasaan Allah SWT kembali kami rasakan melalui kebahagiaan sohib kami Kiki Yulianto dan Rismawati yang sudah resmi menjadi pasangan suami istri sejak tanggal 11 September 2011.

Selamat...selamat... semoga menjadi pasangan sakinah mawadah warahmah, bahagia dunia akhirat, Amin. Saya khususnya hanya bisa tersenyum dan berdo'a di dalam qalbu agar suatu saat saya bisa menyul kalian yang berbahagia duduk di pelaminan yang hari-harinya Insya Allah penuh keberkahan, yang kasih sayangnya dipenuhi ibadah, Amin.


Tak ketinggalan, memang benar ternyata kekeluargaan itu makin terasa ketika kami berkumpul keluarga besar 3 IPA 2 SMAN 1 Sindang, ya walaupun masih kurang personilnya tapi kebahagiaan dan kekeluargaannya terpancar lho.. dan kami memang suka berbuat 'rusuh' sodara-sodara :D
Kiri ke kanan atas (Salman, Nurdin, Hariri, Kiki, mba Risma, Vina, me, Ncus, Gina, Putri, Beti)
kiri ke kanan bawah (Soleh, Nanang, Nurul, Nurme, Alvaro, Endah, Dewi, mba Ian)


Mau pulang, exist dulu.. :)



Subhanallah, masing-masing dari kami punya jalan cerita masing-masing untuk menemukan kelak siapa imam kami


Next trip Insya Allah 21 September 2011 at Mita's wedding... I hope we will meet again friends
.